Kamis, 27 September 2012

tawuran pelajar marak karena dunia pendidikan formal tidak study banding ke pesnatren

Seperti yg di katakan Anggota Komisi X DPR RI, Zulfadhli, menilai bahwa terjadinya tawuran antarpelajar yang seakan tak ada henti-hentinya di Jakarta dikarenakan sistem pendidikan yang tidak tepat yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Ini akibat kesalahan sistem pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif dengan mengejar nilai ujian saja, tanpa memperhatikan pembentukan karakter siswa," kata Zulfadhli usai rapat dengar pendapat dengan Direkrotat Pendidikan Menengah Kemdikbud dan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Kepala SMA 6 dan 70 Jakarta di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, ia mendesak agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh untuk segera mengubah sistem pendidikan. "Melalui perubahan kurikulum yang menguatkan aspek pembentukan karakter siswa yang cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual. Bukan hanya bertujuan mengejar nilai semata. Ini yang perlu ditinjau ulang oleh Kemendikbud," kata politisi Golkar itu.

Terkait terjadinya tawuran antar pelajar SMK Yake, Kampung Melayu dan SMK Kartika Zeni yang menelan korban jiwa, Deny Yanuar, Zulfadhli mengaku kaget. Pasalnya, tawuran antarpelajar di Manggarai itu, terjadi saat Komisi X DPR RI menggelar rapat dengan pihak Direkrotat Pendidikan Menengah Kemdikbud dan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, membahas tawuran di Bulungan antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta.

"Astaghfirullah... Kami baru saja selesai rapat dengan Dirjen Dikmen dan Kadisdik DKI bahas tawuran Bulungan," kata Zulfadhli. 

dan hemat kami perlunya dunia pendidikan Formal study banding ke Pondok Pesantren. belajar bagaimana
cara toleransi antar teman. yg di situ ada banyak ragam perbeda'an,baik dari latar keluarga baik dari segi ekonomi keluarga,lain kota,suku, dll. tapi mereka teguh menjaga toleransi perbeda'an latar belakang masing2.